Sermon Tone Analysis

Overall tone of the sermon

This automated analysis scores the text on the likely presence of emotional, language, and social tones. There are no right or wrong scores; this is just an indication of tones readers or listeners may pick up from the text.
A score of 0.5 or higher indicates the tone is likely present.
Emotion Tone
Anger
0.06UNLIKELY
Disgust
0.09UNLIKELY
Fear
0.11UNLIKELY
Joy
0.23UNLIKELY
Sadness
0.15UNLIKELY
Language Tone
Analytical
0UNLIKELY
Confident
0UNLIKELY
Tentative
0UNLIKELY
Social Tone
Openness
0.13UNLIKELY
Conscientiousness
0.13UNLIKELY
Extraversion
0.44UNLIKELY
Agreeableness
0.6LIKELY
Emotional Range
0.2UNLIKELY

Tone of specific sentences

Tones
Emotion
Anger
Disgust
Fear
Joy
Sadness
Language
Analytical
Confident
Tentative
Social Tendencies
Openness
Conscientiousness
Extraversion
Agreeableness
Emotional Range
Anger
< .5
.5 - .6
.6 - .7
.7 - .8
.8 - .9
> .9
Pendahuluan
Pembacaan ayat: Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan injil.
… Selanjutnya, … Bartholomeus … (,).
Review Konsep
Pada dua bulan yang lalu, saya sudah mengutarakan bahwa gereja adalah suatu tempat yang sebenarnya dipenuhi oleh orang-orang yang memalukan.
Saya pikir konsep mengenai hal ini dapat kita lihat realitanya pada hari ini.
Kalau boleh kita berkaca sedikit dari realita dari kehidupan kita, tentu kita akan mengerti hal ini.
Setiap dari kita mempunyai hal-hal yang sebenarnya tidak mau kita ceritakan pada orang lain.
Mungkin ada kisah kehidupan diri kita yang tidak ingin kita sharingkan pada siapapun.
Gereja adalah tempat di mana begitu banyak manusia yang memalukan berkumpul di dalamnya.
Pada dua bulan yang lalu juga saya sudah mengutarakan bahwa gereja seyogyanya adalah suatu tempat dimana perbedaan itu pasti ada.
Di dalam komunitas bentukan Tuhan ini, ada begitu banyak orang yang tergabung di dalamnya.
Bahkan, kalau kita membaca kesaksian injil, kita akan menemukan bahwa perbedaan ini suatu kepastian.
Dengan demikian, perbedaan merupakan kepastian di gereja.
Pada bulan lalu, kita sudah belajar dari seorang tokoh yang disebutkan di sini, yaitu Yudas.
Saya ingin kita merefleksikan bahwa kita sendiri dapat menjadi Yudas.
Apa yang Yudas lakukan merupakan cerminan dari apa yang kita lakukan pada saat ini.
Pada hari ini, saya ingin kita bersama-sama bercermin dari seorang murid Kristus yang lain, yaitu Nathanael.
< .5
.5 - .6
.6 - .7
.7 - .8
.8 - .9
> .9