[Luk. 3:3-17] Jadikan Aku sebagai Penunjuk Jalan-Mu

Sermon  •  Submitted
0 ratings
· 1,347 views

Lewat perenungan firman pada hari ini, saya ingin menyatakan bahwa ada dua hal perenungan yagn dapat menjadikan kita suatu penunjuk jalan bagi Tuhan. Lantas, bagaimanakah caranya agar kita dapat menjadi suatu "penunjuk" jalan Tuhan? (1) Menyadari bahwa kehidupan kita adalah panggilan dan kita harus mempersiapkan diri di dalamnya (2) Kita juga harus menyadari bahwa pertobatan merupakan hal yang sangat penting.

Notes
Transcript

Pendahuluan

Selamat pagi Bapak dan Ibu yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Saya sangat bersyukur bahwa kita masih dapat bertemu satu dengan yang lain. Kita masih diberikan kesempatan untuk menjalankan berbagai aktivitas kita. Pada hari ini, tema dari “Jadikan Aku Penunjuk Jalan-Mu.” Sebenarnya saya agak terkaget-kaget juga mendengar perenungan firman Tuhan yang dibawakan oleh Pdt. Subaitah dan juga Ev. Agustanima Gea pada minggu-minggu sebelumnya di dalam masa Advent ini.
Ev. Agustanima menyatakan bahwa di dalam masa penantian atau adventus, sebagai seorang Kristen kita perlu membawa damai atau shalom di dalam dunia ini. Di dalam masa penantian akan kedatangan Raja yang kedua ini, kita sebagai seorang Kristen perlu membawakan kedamaian di dalam dunia yang penuh dengan ketidakdamaian ini.
Pdt. Subaitah juga membawakan suatu perenungan mengenai menjalankan mengenai isi hati Allah bagi dunia ini. Di dalam masa penantian kita akan kedatangan sang Raja, kita perlu sadar dan terus menjalankan misi Ilahi di dalam dunia ini. Bapak dan Ibu yang saya kasihi, pada hari ini pun saya ingin membawakan isu yang kurang lebih mirip dan merupakan kelanjutan dari kedua tema yang dibawakan oleh Pdt. Subaitah dan juga Ev. Agustanima Gea.
Pertanyaan yang selanjutnya dapat dipikirkan adalah “mengapa saya harus membawa damai dan juga mengapa saya harus menjalankan misi Allah di dalam dunia ini?” Alasan apakah yang perlu saya miliki agar kedua hal itu yaitu, menjalankan kedamaian dan juga menjalankan isi hati Allah pada dunia ini perlu dilaksanakan? Sekali lagi jawabannya adalah karena kita adalah Penunjuk Jalan kepada Allah itu sendiri. Pada perenungan hari ini, ada dua hal yang akan membuat kita dapat terus menjadi penunjuk jalan Allah. Ibarat suatu tanda yang ada di jalan. Kita semua menjadi penanda bagi jalan Allah. Mari kita membuka bagian dari firman Tuhan, Lukas 3:3-17 (). Kita akan fokus dalam membaca di ayat 3, 9-15, 17.
Demikianlah firman Tuhan:
Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan." Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: "Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." ()
()
Bapak dan ibu yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus, saya ingin membawakan dua
Bapak dan Ibu ibu yang saya kasihi, kisah yang ada di sini merupakan kisah yang ada di sini mungkin seringkali kita dengarkan yaitu mengenai kisah Yohanes Pembaptis yang ada di padang gurung dan juga kisah yang menjelaskan mengenai Yohanes yang mempersiapkan jalan dari kelahiran sang Raja. Kisah ini pun seringkali diceritakan di sekolah minggu sebagai bagian dari kisah Natal. Tentu bagian ini sangatlah menarik dan ada begitu banyak aspek yang dapat dibahas di dalamnya. Namun, saya ingin memperhatikan dua aspek yang ada di dalam teks ini yaitu Yohanes dan juga orang banyak yang menjadi objek dari perbincangan Yohanes Pembaptis. Keduanya dapat memberikan kepada kita pelajaran bagaimana cara untuk menjadi jalan yang menunjukkan Tuhan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita.

Yohanes adalah Nazir Allah ()

Bapak dan ibu yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus, mari kita memfokuskan pembacaan kita kepada . Bagi saya, kita dapat sepaham bahwa Yohanes adalah orang yang dipilih Allah. Kelahirannya merupakan peristiwa yang super ajaib. Tidak hanya itu, nubuatan yang digunakan di dalam kisah-kisah kemunculan dari Yohanes ini menunjukkan bahwa Yohanes memang orang yang dipilih Allah.
Bapak dan Ibu yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus, dengan melihat kisah yang ada pada Lukas 3:3-6, kita akan mendapati bahwa Yohanes ini sebenarnya nyentrik sekali. Beberapa ciri khas yang dimiliki oleh Yohanes adalah:
Matius 3:4 menyatakan “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya adalah belalang dan madu hutan.”
Lukas 3:2 menyatakan bahwa Yohanes berasal dari padang gurun.
Lukas 7:33 menyatakan bahwa Yohanes tidak minum anggur.
Nah, banyak komentator yang menyatakan bahwa Yohanes ini sebenarnya adalah seorang Nazir. Tapi pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan nazir? Nazir adalah orang yang dikhususkan untuk Allah. Nah, ciri-ciri nazir ini adalah demikian sebagaimana yang dicatat di dalam Bilangan 6:
Tidak memakan ataupun meminum berbagai hal yang berhubungan dengan alkohol atau anggur.
Tidak memotong rambutnya.
Menghindari mayat bahkan mayat keluarga sendiri.
Saya pun menduga bahwa Yohanes adalah seorang nazir. Pertama, Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Yohanes a tidak minum anggur. Terlebih lagi, ada indikasi juga bahwa Yohanes tidak memakan anggur dikarenakan Yohanes pembaptis ini hanya memakan belalang dan madu hutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Yohanes memenuhi ciri-ciri yang ketiga. Kedua, ada kecenderungan bahwa Yohanes ini memang menghindari berbagai pertemuan dengan tinggal di padang gurun. Ngomong-ngomong, pada zaman itu di dalam kelompok orang Yahudi ada orang-orang yang memisahkan diri dari dunia yang dinamakan sebagai kelompok esseni. Kelompok ini sengaja pergi ke padang gurun, suatu tempat yang terpencil untuk menantikan kedatangan mesias di sana. Nah, dengan demikian sepertinya kebiasaan untuk memisahkan diri ke padang gurun ini menjadi sesuatu yang identik dengan menyepi dan juga memisahkan diri dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar Yohanes tidak pernah melihat kematian ataupun mayat.
Kesimpulan yang saya dapat katakan: Yohanes dipilih Allah untuk menjadi pembuka jalan bagi Mesias, tapi jalan kenazirannya memastikan bahwa Yohanes juga mempersiapkan diri-Nya untuk menjalankan panggilannya. Dengan cara beginilah Yohanes pembaptis dapat menjadi pembuka jalan bagi Tuhan. Tentu, saya dapat memahami bahwa kita tidak dapat menjadi seperti Yohanes pembaptis. Kita bukanlah orang yang memang dinubuatkan oleh Yesaya. Tapi, kita dapat menjadi penunjuk jalan yang sudah dibuka oleh Yohanes pembaptis ini. Dengan demikian, menurut saya kita dapat mempelajari sesuatu dari kehidupan Yohanes.
Berarti ada dua kebenaran besar.
Membangun Jembatan: Kita penunjuk Jalan Tuhan
Bapak Ibu sekalian, di dalam teologia reformed, terdapat suatu konsep yang memang menarik mengenai gereja. Gereja adalah kumpulan dari komunitas yang dipilih oleh Allah di dalam kepemimpinan Kristus (lih. Pengakuan Iman Westminster XXV.1). Berarti kita semua sebenarnya orang-orang yang dipilih oleh Allah. Lebih jauh lagi, terlepas dari pemilihan diri kita di dalam gereja, saya yakin bahwa Allah ada andil di dalam setiap pekerjaan yang kita geluti sekarang. Tentu saya paham bahwa ide pemilihan ini bisa lebih rumit dari kelihatannya. Poin saya adalah bahwa ada andil Tuhan di dalam pekerjaan yang kita geluti saat ini dan juga di dalam gereja yang kita hadiri saat ini.
Kita semua di sini sebenarnya mempunyai suatu tempat yang sama dengan Yohanes. Namun, perbedaannya adalah temapt di mana kita dapat berkarya dan mengamalkan panggilan kita.
Misalkan saja, sebagian besar dari kita dipercayakan oleh-Nya untuk menjadi pedagang. Mungkin saja, sebagian besar dari kita dipercayakan oleh-Nya utnuk menjadi seorang guru. Sebagian besar dari kita dipercaykaan untuk menjadi seorang hamba Tuhan, pelajar, PNS, dan Ibu rumah tangga ataupun juga pembantu rumah tangga. Nah, dengan demikian kita semua dipilih oleh Tuhan. Di dalam kehidupan bergereja, sebagian dari kita dipercayakan untuk pelayanan dan masuk ke dalam organisasi. Hanya saja, pertanyaannya, mengacu kepada kehidupan Yohanes pembaptis: Apakah kita mempersiapkan diri untuk menjalankan panggilannya ini?
Ilustrasi
Keberatan: Mungkinkah saya salah jalan?
Konon Tantowi Yahya pernah ditanya oleh wartawan: “Apakah kunci dari kesuksesan anda?” Tantowi Yahya memberikan jawaban demikian: “Kesempatan dan kemampuan.” Tanpa adanya kesempatan, maka orang yang sehebat apapun tidak akan pernah dapat sukses. Tanpa adanya kemampuan, orang yang mempunyi kesempatan sehebat apapun tidak akan mampu untuk sukses. Bagi saya bapak dan ibu, ada kebenaran yang diutarakan oleh Tantowi Yahya yang dapat kita aplikasikan di dalam firman yang ada pada hari ini. Pertama-tama, jalan panggilan yang kita hidupi pada saat ini sebenarnya berbicara mengenai kesempatan yang Allah berikan dalam kehidupan kita. Setiap kemampuan yang Allah berikan merujuk kepada proses persiapan diri kita di dalam menghadapi berbagai kesulitan. Mari kita tarik lebih jauh lagi kebenaran mengenai persiapan diri dan juga panggilan ilahi ini.
Aplikasi
Misalkan saja, sebagian besar dari kita dipercayakan oleh-Nya untuk menjadi pedagang. Mungkin saja, sebagian besar dari kita dipercayakan oleh-Nya utnuk menjadi seorang guru. Sebagian besar dari kita dipercaykaan untuk menjadi seorang hamba Tuhan, pelajar, PNS, dan Ibu rumah tangga ataupun juga pembantu rumah tangga. Nah, dengan demikian kita semua dipilih oleh Tuhan. Di dalam kehidupan bergereja, sebagian dari kita dipercayakan untuk pelayanan dan masuk ke dalam organisasi. Hanya saja, pertanyaannya, mengacu kepada kehidupan Yohanes pembaptis: Apakah kita mempersiapkan diri untuk menjalankan panggilannya ini?
Hubungan dengan jadikan aku jalan-Mu
Misalkan saja di dalam kehidupan bergereja. bagi para pelayan, apakah kita mempersiapkan diri kita di dalam setiap kepercayaan yang sudah Allah berikan kepada kita?
Para hamba Tuhan, masihkah ada kegentaran hati ketika kita membawakan perenungan firman? Apakah masih ada keinginan untuk belajar dan mempersiapkan diri lebih dan lebih lagi di dalam menjalankan panggilan Allah yang mulia ini?
Para pelayan musik, masihkah kita mempunyai suatu rasa kekaguman dan juga rasa kegentaran didalam mempersiapkan diri dalam ibadah? Para jemaat, apakah kita masih mempersiapkan hati kita untuk beribadah pada hari ini? Lebih jauh lagi, adakah kita mempersiapkan jalan panggilan kita ini?
Di dalam pekerjaan kita. Para PNS dan juga guru-guru, apakah kita menjadi pekerja yang medioker atau menjadi pekerja yang mau terus belajar hari demi hari? Apakah kita menjadi orang-orang yang biasa saja?
Terakhir kali saya ngobrol teologis dengan teman dekat saya, ada perbincangan yang menarik termasuk dengan Ev. Yesaya dan Ev. Wanda bahwa pada zaman ini, problematikanya adalah dekristenisasi yang ada di masyarakat.
Di dalam kita menjaga toko misalkan, apakah kita sudah mempersiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang dewasa hari demi hari? Mungkinkah kita berpikir bahwa aduh setiap harinya ada begitu banyak pergumulan yang terjadi. Mengapa ada begitu banyak jemaat yang begitu menyebalkan. Tapi, kalau kita melihat bahwa pekerjaan ini sebagai suatu jalan hidup yang diizinkan oleh Allah untuk dihidupi dan kita wajib untuk mempersiapkan diri, sepertiny setiap hal-hal yang buruk ini adlaah izin Allah untuk mempersiapkan kita di dalam jalan panggilan ini.
Keberatan: Mungkinkah saya salah jalan?

Kalimat Peralihan dan Kesimpulan

Izinkan saya menyimpulkan terlebih dahulu inti dari poin pertama saya ini. Intinya adalah bagaimana kita semua dapat tersadar bahwa doa kita: Jadikan kita sebagai penunjuk jalan-Mu berkaitan dengan cara kita memandang kehidupan kita. Kehidupan kita adalah panggilan yang Allah izinkan ada untuk kita jalani. Tidak hanya itu, kita tidak hanya dipanggil untuk menhidupinya, tapi menjalankan setiap profesi yang diizinkan-Nya merupakan hal yang penting untuk dijalankan. Dengan dmeikian, ketika kita sudah meninggal nanti, kita dapat berkata pada TUhan: “I’m finishing well.”
Bapak dan ibu yang saya kasihi, tidak hanya berbicara mengenai kesadaran ini, kita juga dipanggil untuk melakukan poin yang kedua, yaitu pertobatan kembali.

Pertobatan Kembali ()

Bapak ibu yang saya kasihi, poin kedua yang ingin saya utarakan pada bagian ini adalah masalah pertobatan. Tentu kata bertobat ini mempunyai makna yang begitu banyak di dalam pemikiran kita. Ada yang mengaitkan kata bertobat ini untuk masuk kedalam gereja. Artinya, ketika seseorang memilih untuk masuk ke dalam gereja dan menjadi Kristen ini biasanya dimaknai sebagai bertobat. Ini bukanlah makna bertobat yang saya inginkan. Mungkin ada juga beberapa dari kita yang berpikir bahwa pertobatan itu artinya suatu momen ketika ktia menerima Tuhan dan mengakui Dia sebagai juruselamat. Ya, saya dapat memastikan bahwa memang ada aspek pertobatan yang dapat mengakomodasi berbagai pengertian tersebut. Bapak dan Ibu sekalian
Kata pertobatan yang berasal dari kata metanoia berarti berbalik 180 derajat. Ibarat suatu tindakan yang benar-benar kembali untuk menghadap Allah. Tapi bagi saya, pertobatan ini bukan hanya berbicara mengenai berbaliknya jalan seseorang yang 180 derajat tersebut. Pertobatan juga berbicara mengenai kehidupan yang bersesuaian dengan jalan Tuhan. Bagaimana kita tetap konsisten di dalam jalan pertobatan tersebut. Hal yang menarik bagi saya adalah Yohanes memberikan berbagai wujud pertobatan di dalam setiap profesi yang datang kepadanya.
Perhatikan di ayat 3, 7-8 dan 10. Yohanes pembaptis memberikan semacam model “pertobatan” untuk setiap kalangan. Misalkan saja pada ayat 10, Yohanes pembaptis memberikan pemahaman bagi orang-orang yang umum dengan memberikan jawaban “
Pada pemungut cukai Yohanes menyatakan bahwa “jangan menagih menurut lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.”
Pada prajurit-prajurit Yohanes menyatakan bahwa “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
Pada orang banyak dia menyatakan bahwa “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah dia membaginya dengan yang tidak punya dan barangsiapa mempunyai makanan hendaklah ia berbuat juga demikian.”
Bapak dan Ibu sekalian, saya dapat menyatakan bahwa kerangka pemikiran yang digunakan oleh Yohanes ini demikian: “Pertobatan yang terjadi di dalam diri kita sebenarnya selalu berhubungan dengan profesi kita.” Jadi, tidak ada istilah pertobatan hanya terjadi di dalam gereja, pertobatan harus diwujudkan di dalam kehidupan nyata.
Membangun Jembatan:
Bagi saya, ada hal yang sangat penting di sini yaitu mengenai pertobatan tidak hanya berhubungan dengan kedatangan seseorang di gereja saja. Tapi pertobatan kepada Allah harus diwujudkan di dalam kehidupan kita dan bersesuaian dengan profesi kita. Dengan demikian,
Apabila kita berprofesi sebagai pengusaha, apakah kita sudah membayar pajak dengan wajar? Saya mengerti bahwa problema pajak tidak semudah yang dipikirkan. Saya mengerti bahwa berbicara mengenai pajak, ada begitu banyak permainan di dalamnya. Tapi, pertanyaan saya sederhana saja. Apakah kita sudah membayar apa yang menjadi bagian kita kepada pemerintah kita dengan wajar? Apakah kita sudah membayar gaji karyawan kita secara wajar?
Apabila kita berprofesi sebagai PNS, apakah kita sudah bekerja dengan baik? Apakah kita sudah melaksanakan apa yang menjadi ujaran kita di dalam sumpah jabatan yang kita ujarkan pada waktu kita dilantik?
Apabila kita berprofesi sebagai Ibu atau bapak rumah tangga, apakah kita sudah dengan tepat menjaga anak-anak kita? Apakah kita sudah memberikan keteladanan bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan dalam kehidupan kita?
Apabila kita berprofesi sebagai guru dan hamba Tuhan, apakah kita sudah mempersiapkan kothbah ataupun pengajaran kita dengan baik dan bertanggung jawab?
Aplikasi
Apabila kita berprofesi sebagai pengusaha, apakah kita sudah membayar pajak dengan wajar? Saya mengerti bahwa problema pajak tidak semudah yang dipikirkan. Saya mengerti bahwa berbicara mengenai pajak, ada begitu banyak permainan di dalamnya. Tapi, pertanyaan saya sederhana saja. Apakah kita sudah membayar apa yang menjadi bagian kita kepada pemerintah kita dengan wajar? Apakah kita sudah membayar gaji karyawan kita secara wajar?
Apabila kita berprofesi sebagai PNS, apakah kita sudah bekerja dengan baik? Apakah kita sudah melaksanakan apa yang menjadi ujaran kita di dalam sumpah jabatan yang kita ujarkan pada waktu kita dilantik?
Apabila kita berprofesi sebagai Ibu atau bapak rumah tangga, amah atau akong rumah tangga, apakah kita sudah dengan tepat menjaga anak-anak kita? Apakah kita sudah memberikan keteladanan bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan dalam kehidupan kita? Apakah kehadiran kita di keluarga menjadi suatu berkat bagi mereka atau kutuk?
Apabila kita berprofesi sebagai guru dan hamba Tuhan dan juga guru sekolah minggu, apakah kita sudah mempersiapkan kothbah ataupun pengajaran kita dengan baik dan bertanggung jawab? Apakah kita sudah melayani anak-anak ataupun jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita dengan baik? Apakah kita sudah menghidupi pengajaran dari Kristus itu di dalam kehdiupan kita?
Apabila kita menjadi pegawai. Apakah kita sudah menjadi pegawai yang dapat diandalkan oleh atasan kita? Saya paham bahwa ada begitu banyak bos yang jahat dan mungkin sangat menyebalkan. Tapi, apakah kita sudah bekerja dengan semaksimal mungkin di perusahaan ataupun di tempat yang Tuhan percayakan? Atau justru orang-orang memandang kita sebagai orang-orang yang malas bekerja, datang dengan setengah hati.
Bapak dan Ibu yang saya kasihi, jikalau kita merasa belum menjalankan panggilan pertobatan ini, bertobatlah. Tapi, apabila kita sudah menjalankannya dengan baik, pertahankanlah jalan petobatan ini. Bagi saya, apa yang dikatakan oleh Yohanes pembaptis sangatlah mengerikan. Dia berkata demikian pada ayat 9 dan 17:
Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.

Kesimpulan

Saya akan menutup seluruh kothbah saya dengan sebuah video [Duty—Donghaeng.mp4].
Bapak dan ibu sekalian yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Related Media
See more
Related Sermons
See more